RURUradio

Kali ini @rururadio & @indonesia_ska_connection mempersembahkan; @iramaskaindonesia untuk para kawula muda sampai yang tua khususnya para pecinta, penikmat & pemerhati alunan musik Jamaika seperti Ska, Rocksteady, & Reggae. Program ini akan mengudara setiap Thursday pukul 19.00-21.00 WIB di ruru.radio bersama @aldydown & @wiroscene dari Indonesia Ska Connection. Kita nantikan premiere mereka yang secara live mengudara pada tgl 28 September 2023 ditemani oleh salah satu band Ska lawas asal Kota Hujan yaitu; @fullkizskarin (Fullkizskarin) skoy! @iramaskaindonesia @rururadio @indonesia_ska_connection Steycunskoy! Live stream ⤵ https://ruru.radio #iramaska #iramaskaindonesia #rururadio #indonesiaskaconnection #rururadioxindonesiaskaconnection #aldydown #wiroscene #fullkizskarin #mataharirudeskarainytown #ska #rocksteady #reggae #skaindonesia #indonesiaska

Akal-akalan Warga atau @unconditionaldesign adalah wadah penelitian dan pengarsipan terbuka (open source) yang diinisiasi oleh RURU ArtLab untuk mengumpulkan desain produk, teknologi, benda-benda hasil “akal-akalan warga” yang terjadi di keseharian. Dalam PKN 2023, program riset dan residensi dilaksanakan di tiga kota pesisir Indonesia Timur, yakni Sorong, Ambon, dan Ternate. Akal-akalan Timur menjadi sebuah judul hasil riset dan residensi tersebut dan diolah menjadi prototipe pilihan, sketsa, dan buku manual disertai dengan hasil foto dan dokumentasi perjalanan mereka. Akal-akalan Warga merupakan salah satu program dari Kuratorial Temujalar.

Sore sore Jagakarsa sore soree... Sore sore Jagakarsa sore soree... jangan lupa untuk mendengarkan SOJA (Sore Jagakarsa) hari ini di jam yang masih sama aja 16.00 - 18.00 didengarkan tanpa gelombang langsung di website rururadio.org dan ditemani oleh @budicole dan rekan-rekan sejawad di gudskul ekosistem, yokssss skoy!!!

Siaran perdana Sore Jagakarsa bersama @budicole silahkan disikatskoy di ruru.radio #sorejagakarsa

MEDAN SENI BATAVIA – JAKARTA AWAL ABAD XX Kuliah Umum oleh Aminudin TH Siregar Kondisi medan seni saat ini tentu mendapatkan bentuk awalnya melalui investasi kerja masa lalu. Apa yang menghidupi dan dihidupi insan seni Jakarta saat ini sedikit banyak merupakan warisan atau kutukan dari masa lalu. Pada kesempatan ini, Aminudin TH Siregar akan menggambarkan panorama ‘kampung halaman’ kita, kurang lebih, seabad yang lalu. Bersamanya, kita akan menengok masa lalu itu melalui pertanyaan-pertanyaan seperti; bagaimana situasi medan seni Batavia awal abad XX?; hal-hal apa saja yang dibicarakan?; bagaimana keterlibatan antara individu dan lembaga? Aminudin TH Siregar (@siregaraminudinth) adalah sejarawan seni rupa, kurator independen, penulis dan staff pengajar tetap di FSRD ITB yang kini menempuh studi Doktoral Sejarah Seni Rupa di Universitas Leiden. Sejak awal 1990-an, ia banyak menulis tentang seni rupa serta memberikan ceramah dan mengkuratori beberapa pameran, baik di dalam maupun di luar negeri. Pada 2008, ia ikut membantu S. 14, sebuah ruang pamer dan perpustakaan seni rupa yang digagas Herra Pahlasari. #kuliahumum #publiclecture #sejarah #sejarahbatavia #sejarahsenirupa #aminudinthsiregar #gudskul #gudskulekosistem

From 12 July to 9 August, two female artists who were brought together at the KONNECT ASEAN Artist Residency Program (KAARP) have been collaborating at the Gudskul Ecosystem to create works that will later become ASEAN collections. They are an artist from Jakarta, Cathrine Oslo (@cathrineoslo.art), and an artist from Seoul, Republic of Korea, Eunji Cho (@dogcoworeunji). In the process of creating her previous artworks, Cathrine has explored the possibilities of printmaking, especially woodcuts. Meanwhile, Eunji Cho is a multi-disciplinary artist who besides being an artist also works as a Director of Art Space Andromeda 12.6. What is the form of their collaboration? What have they got from Gudskul Ecosystem so far, and what have they been working on there? Let's join the chat with Cathrine and Eunji this Wednesday at 19.00 WIB at Selasar Ruru Shop, Gudskul Ekosistem. Or listen only on ruru.radio! BLACKBOX KARBON is a program from the Karbon Journal. If Journal Karbon delivers and stores images in text, BLACKBOX KARBON will deliver and store images in sound. Fully supported by ruru.radio! #printmaking #KONNECT #ASEAN #blackboxkarbon #jurnalkarbon #rururadio #ruangrupa #gudskul #gudskulekosistem

Ga berasa puasa tinggal 10 hari lagi! Sore ini Caption mengudara lagi untuk menemani bukber kalian para skoyerrrr.. Pak Dwi akan ditemani oleh Pak Acip yang akan membahas seputar format pameran tunggal! Seperti apa sih seniman yang bisa dikatakan layak untuk pameran tunggal? Langsung aja steytun di rururadio sikat skoyyy.. #caption

Okpangan Ok.Video pada 2017 yang lalu adalah penyelenggaraan terakhir Ok.Video: Jakarta International Media Art Festival. Kita baru mulai menyaksikan kehadirannya kembali dengan dibukanya pameran ‘get.raw lab: 20 Tahun OK.Video’ pada 18 Maret yang lalu. Bagi yang sudah sempat mengunjungi pameran yang berlangsung di Gudsgaleri, Gudskul Ekosistem itu tentunya bisa menyimpulkan bahwa ada dua unsur utama yang dihadirkan di sana. Pertama, sebagian arsip karya maupun administrasi dari perjalanan OK.Video selama 20 tahun (2003 - 2023) dan, kedua, video-video perekaman layar dari sebuah rapat di Gudskul Ekosistem. Untuk mengetahui lebih jauh kisah di balik pemilihan arsip dan karya di get.raw lab: 20 tahun OK. Video, Blackbox Karbon menggelar diskusi offline (yang tentunya disiarkan secara langsung juga) dengan mengundang mereka-mereka yang ada di balik get.raw lab ini. BLACKBOX KARBON adalah sebuah program dari Jurnal Karbon. Jika Jurnal Karbon mengantarkan dan menyimpan citra dalam teks, BLACKBOX KARBON akan mengantarkan dan menyimpan citra dalam suara. Didukung penuh oleh ruru.radio! . #getrawlab #okvideo #okvideofestival #blackboxkarbon #jurnalkarbon #rururadio #ruangrupa #gudskul

Sebuah pameran bertajuk Potret Keluarga sedang dihelat di Gudskul dalam rangka Openhouse Gudskul. Pameran ini menghadirkan respon atas potret-potret lama yang masih tersimpan dan disimpan oleh ibu-ibu dari Dasawisma PKK dan Kader RT 04 Jagakarsa. _ Kita tahu, potret memang membekukan waktu dan menyimpan kenangan. Namun demikian pemaknaan kita atas potret-potret itu tidaklah beku; ia terus berkembang di dalam waktu ke waktu. Mari bergabung bersama kami malam ini yang akan berbincang dengan Meita, Ibu Dadah, Ibu Mariyah, Ibu Munah, Ibu Nisa, Ibu Qodar, Ibu Rini, Ibu Wiwi, Ibu Yanah, Ibu Yayu, Ibu Yuli dan kalian semua.

Dibatasinya ruang gerak manusia di masa-masa awal pandemi tidak membuat kolektif seni grafis asal Jakarta, Grarfis Huru Hara, berhenti nongkrong dan berjejaring. Komunikasi online ternyata membuat mereka lebih bebas buat ngobrol bareng beberapa kolektif seni dari berbagai negara. Pameran Sorrygraph, yang dibuka pada 28 Agustus lalu, misalnya, merupakan hasil dari sesi obrolan online mereka di tengah pandemi. Dalam Sorrygraph keempat ini, GHH mengajak kolektif seni dari Malaysia, Pangrok Sulap, dan Jepang, A3BC, untuk saling bertukar kartupos. Malam ini, BLACKBOX KARBON bakal nongkrong dan ngobrol bareng GHH buat ngobrol soal berkarya dalam seni grafis dan berjejaring.

Awal tahun ini, Gratiagusti Chananya Rompas aka Kak Anya Rompas menerbitkan buku kumpulan puisi terbarunya via Penerbit Gramedia. Buku "kumpulan tulisan" bertajuk “e____y” ini mengunakan eksperimen bentuk puisi untuk menyelami substansi pikiran perempuan yang dikepung brutalitas kehidupan urban. Sebagaimana puisi, tentu saja, pembaca bisa mengambil hikmah apa pun darinya. Pada buku ini juga, Kak Anya mengupayakan sentuhan-sentuhan design menarik melalui tipografinya yang dikerjakan oleh Adiputra Singgih. titikdua segalanya tentang sastra bergembira bisa ngobrol-ngobrol dengan Kak Anya nanti di Gudskul Ekosistem. Selain membahas buku teranyarnya, “e_y”, kita juga tentu bisa berbincang perihal lainnya bersama Kak Anya. _ Gratiagusti Chananya Rompas memulai karir menulisnya dengan membentuk Komunitas BungaMatahari, sebuah kolektif puisi daring, di tahun 2000. Kini terlibat sebagai salah satu penyelenggara Paviliun Puisi, sebuah acara pembacaan puisi bulanan yang sejak pandemi dilakukan secara virtual. Selain “e___y”, buku kumpulan puisi karyanya yang lain adalah “Kota Ini Kembang Api” (GPU, 2016) dan “Non-Spesifik” (GPU, 2017). Juga menulis kumpulan esai pribadi berjudul “Familiar Messes and Other Essays” (KPG, 2017). Ia juga menyertakan karya-karyanya di banyak buku antologi bersama. Yang terakhir, “Puandemik: Kumpulan Puisi Perempuan di Masa Pandemik” (JBS & Komunitas Puandemik Menulis, 2021).

Konsep tentang Lumbung menjadi sumber inspirasi bagi ruangrupa dalam menjalankan perannya sebagai direktur artistik documenta fifteen. Dalam peristiwa seni rupa kontemporer lima tahunan yang diselenggarakan di Kassel, Jerman, tersebut, ruangrupa tidak hanya mengundang seniman, melainkan juga ekosistem yang mendukung tumbuh kembang kesenimanan para seniman tersebut. Seluruh seniman dan kolektif yang terlibat dalam documenta fifteen ini tergabung dalam satu wadah, yaitu lumbung.space. Seperti apa platform ini? Bagaimana platform ini bekerja? Malam ini Blackbox Karbon akan nongkrong bareng Rahmat Arham, salah seorang seniman dan penulis di belakang platform dengan jaringan berskala global tersebut.

Tahun lalu, Gudskul Ekosistem mengundang penulis dan peneliti asal Ternate, Abdullah Totona, untuk berbagi pengetahuan tentang kerja-kerja seni dan budaya di Maluku Utara. Dalam kesempatan itu, penulis yang akrab disapa Aloed ini memaparkan dinamika kerja sama seni dan budaya di Maluku Utara lewat perspektif sejarah. Tahun ini, penulis “Kebudayaan dan Narasi Politik: Sebuah Esai tentang Maluku Utara” (2009) ini menjadi salah satu kontributor Majalah Lumbung, sebuah terbitan yang lahir untuk mendampingi penyelenggaraan documenta fifteen di Kassel, Jerman. Malam ini, Blackbox Karbon berkesempatan untuk nongkrong bareng Aloed yang kebetulan sedang berkunjung ke Jakarta. Tentu, Aloed punya banyak hal baru yang bisa dibagi malam ini ke skoyers, baik itu tentang kerja sama seni dan budaya di tingkat regional, di Maluku Utara, maupun pandangannya terhadap kerja sama global dalam Lumbung.

Satu Oktober dua tahun yang lalu, ketika tengah berpindah mencoba-coba dari satu aplikasi percakapan video ke aplikasi percakapan video lainnya, kami mengundang Om Martin Aleida. Apa daya, perbincangan dalam jaringan kala itu hanya bisa berjalan baik selama kurang lebih 20 menit. Pada edisi 14 Juli dalam rangkaian #Gudskul100Hari ini titikdua bahagia karena Om Martin Aleida mau datang untuk nongkrong dan ngobrol-ngobrol dengan kami. _ Sastra bukan saja imajinasi tetapi juga pembekuan atas ingatan, agar tak hilang ditelan waktu, agar tak terlupakan dalam rutinitas, agar terus dikenang dan lantas terus diupayakan. Pada sastra, hal-hal yang tak tercatat atau sengaja dihilangkan di dalam narasi besar ingatan menyelusup, mencari jalannya sendiri untuk terus dikenang, menemukan pembacanya, menemukan jalan perjuangannya. Dan tak lain dan tak bukan, bersama Om Martin Aleida, pada hemat kami, hal tersebut sangat pas untuk kita bicarakan. Di awal pandemic COVID 19, awal 2020, Om Martin menerbitkan “Romantisme Tahun Kekerasan”, sebuah memoar yang bahkan kalimat ‘panasnya matahari Jakarta’ di dalamnya pun bisa membuat kita pembaca merasakan betul sengatannya di ubun-ubun kepala, meski kita tengah berada di ruangan ber-AC. Lalu pada 2021, kembali terbit “Teropong dan Suryakanta” dari Om Martin.

Mengeja Air Mata Ibu Kota yang Barangkali Jakarta _ sebelum berangkat kerja, | ia membuka lemari dan menyapa | koleksi dua lusin kepala | dengan wajah berbeda-beda, | dijejer rapi (Bardjan dalam puisi “salesgirl”) _ Penggalan puisi di atas skoyers, seketika mengingatkan kami pada sebuah film pendek, “L'Homme sans tête” karya Juan Diego Solanas. Diceritakan di sana, seorang lelaki hendak berkencan dengan, barangkali, kekasihnya. Ia menghabiskan waktu begitu lama untuk memilih-milih kepala yang cocok untuknya, namun tak jua ia temukan. Pada akhirnya, ia, tanpa kepala, duduk di sebuah restoran dengan kekasihnya. _ Baru-baru ini, Bardjan menerbitkan buku kumpulan puisi pertamanya yang diberi tajuk “Ibu Kota|Air Mata”. Karya ini kurang lebih bercerita tentang “ketakjubannya” (sebagai warga non-Jakarta) yang mengarungi kehidupan baru sebagai pekerja di ibu kota, di mana ia dengan polos mengamati hiruk pikuk manusia metropolitan, jalan raya yang selalu riuh, dan kendaraan-kendaraan yang bergerak cepat. Meski besar di Bogor yang notabene kota tetangga Jakarta, ia merasa kota metropolitan tersebut begitu menyesatkannya. titikdua segalanya tentang sastra mengundang kita semua untuk kongkow dan nongkrong-nongkrong santai tentang buku debutan Kak Bardjan ini. Tentu saja pembicaraan ini bisa terpicu oleh satu dua atau keseluruhan puisi di buku ini, lantas hinggap terbang ke hal-hal lainnya.

Blackbox Karbon mendapat kesempatan buat nongkrong bareng seniman asal Malaysia, Aisyah Baharuddin, yang berkunjung ke Gudskul Ekosistem dalam rangka ikut mengalami program 100 Hari Jagakarsa. Aisyah adalah juga anggota Kolektif Rumah Putih (@kolektifrp), sebuah komunitas seni yang berdiri di Batu Pahat, Johor, Malaysia. Seperti apa ekosistem seni di Malaysia? Bagaimana praktik kolektif berjalan di sana, dan siapa saja partner jejaring mereka? Blackbox Karbon tentu saja tak ingin menyianyiakan kunjungan Aisyah ke Jagakarsa untuk mencari tahu sedikit-sedikit soal medan seni rupa kontemporer di Negeri Jiran.

Dari puisi, cerpen, musikalisasi puisi, pameran seni rupa, hingga tarot dibicarakan Ni Luh Putu Wulan Dewi Saraswati pada kami beberapa waktu yang lalu. Darinya kami menemukan bagaimana dari sastra seseorang bisa terbang dan menjajal medium-medium seni lainnya. Bahkan bukan cuma medium seni, tetapi juga medium-medium di luar seni. _ “Baris Bungan api | Tandruh | Musuh kaliwat timpal | Tanah sekadi natah yéh duka | Kering uripé ngitung suara tan peduli anak | Ngadep pertiwi | Ngutang bhakti (Nih Luh Putu Wulan Dewi Saraswati dalam puisi “Panji mas”) _ Wulan Saraswati membacakan pada kami puisinya, memperdengarkan pada kami musikalisasi puisinya dan memperlihatkan pada kami karya instalasinya. Ia juga tipis-tipis memberikan pada kami panorama perkembangan ekosistem seni di Bali yang kini penuh dengan kolaborasi. Dengarkan arsip obrolan kami dari titikdua segalanya tentang sastra dengan beliau! _ #podcast #newepisode #niluhputuwulandewisaraswati #penyair #tarot #puisiindonesia #sastraindonesia #titikdua #rururadio #ruangrupa #gudskulekosistem

Sisa Sakit Semalam Setelah berkolaborasi dengan kolektif asal Surabaya dalam Ring-Project #1 di Jakarta Biennale, Putri Ayu atau Kobelita menyelenggarakan pameran tunggal pertamanya di RURU Gallery. Dalam episode kali ini, Blackbox Karbon nongkrong bareng Kobelita dan kuratornya, Bagus Purwoadi, untuk ngobrol tentang latar belakang pameran tunggalnya tersebut. Sebagai perupa perempuan yang sudah beberapa kali berpameran bersama sejumlah perupa di peristiwa-peristiwa seni rupa kontemporer di Jakarta, Kobelita menganggap bahwa subject matter pameran tunggalnya kali ini, yaitu perasaan sakit yang tercipta dari sebuah hubungan percintaannya, “cemen.” Benarkah demikian? Tapi, benarkah perupa kontemporer hanya boleh menggarap isu-isu makrokosmos dan menepikan perasaan personalnya? Dengarkan di laman podcast rururadio di segala platform podcast yang ada. Pameran Sisa Sakit Semalam masih berlangsung di rurugallery, Gudskul, Jagakarsa hingga 15 Juni 2022. #podcast #episodebaru #blackbox #blackboxkarbon #jurnalkarbon #rururadio #ruangrupa #gudskulekosistem

Enam April tahun yang lalu, Umbu Landu Paranggi, Sang Presiden Malioboro itu berpulang. Setahun telah berlalu, puisi Indonesia tanpa sosok yang sangat mencintainya itu. Skoyers, Umbu Landu Paranggi adalah mitos puisi Indonesia sekaligus puisi Indonesia itu sendiri. Pria kelahiran Waikabubak, Sumba, NTT itu adalah guru dari para guru perpuisian Indonesia. Ia menghidupi puisi Indonesia tetapi tidak mau dihidupi puisi Indonesia. Ketika majalah Horison di puncak keemasannya hendak menerbitkan puisi-puisinya, Umbu mengendap meloncat masuk ke dalam kantor redaksi majalah sastra itu, mencuri naskah-naskah puisinya. Maka, Horison edisi itu pun terbit tanpa nama Umbu di sana. Ketika Persada Study Club dan Presiden Penyair Malioboro kian lekat di dirinya, Umbu hengkang dari Jogja, pindah ke Bali. Begitulah Umbu, berderap melangkah begitu cepat di dalam sastra Indonesia, sehingga banyak dari kita yang tak melihat sosoknya, yang disisakannya untuk kita hanyalah jejak tapak-tapak derap kakinya di tanah abadi, sastra Indonesia. Dengarkan arsip obrolan kami dari titikdua segalanya tentang sastra (Berto, Edo, dan Purnama) dengan Latief S. Nugraha (@latiefsnugraha) dalam upaya kami mengenang kepergian Si Kuda Putih Sumba itu, dua hari setelah kepergiannya di tahun lalu. _ #podcast #newepisode #umbulanduparanggi #presidenpenyairmalioboro #puisiindonesia #mitos #sastraindonesia #titikdua #rururadio #ruangrupa #gudskulekosistem

“Di Indonesia kita masih bisa menemukan bentang kekayaan karya yang menyeluruh, dari yang urban sampai yang rural,” demikian Berto Tukan dalam titikdua edişi kali ini. Tentu saja nanti Skoyers ketika mendengarkan podcast ini tidak akan menemukan ia bilang begitu dengan persis. Ini cuma kira-kira aja. Kurang lebih dia bicara begitu. Dia bilang apa sebetulnya ngga terlalu penting lah. Intinya dalam edisi kali ini kedatangan tamu spesial. Yeni Purnama Sari (@yeni_purnama.s) nama beliau. Ia baru saja menerbitkan buku kumpulan puisinya, ‘Berumah di Kesunyian. Tapi, sayang dia sampai sekarang belum pegang karyanya sendiri. Meskipun demikian, Skoyers, ada satu yang harus digarisbawahi di sini, keindahan alam sekitar Yeni Purnama begitu indah dan itu tercermin dalam karya-karyanya. Langsung meluncur Skoy dan simak diskusi bersama Yeni Purnama Sari. Di segenap platform podcast pada akun rururadio. _ #podcast #newepisode #episodebaru #yenipurnamasari #sastra #sastraindonesia #titikdua #rururadio #ruangrupa #gudskulekosistem